Episode Sebelas: Dan Semuanya pun Patah

“Den! Jemput Rindang sana!” Mami berteriak dari dapur sambil masih sibuk mengaduk semur daging buatannya.

“Deeeeeeeeen!” teriakan Mami makin kencang menyaingi suara meletup semur daging yang mendidih.

Seonggok wajah acak-acakan muncul dari balik pintu dapur, Daria yang baru tadi pagi pulang dari Jogja menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, “Den barusan keluar naik motor, Mi.”

Demi melihat rambut anak perempuannya yang seperti sarang burung, Mami menggeleng-gelengkan kepalanya. “ Kemana?”

Daria mengangkat bahu, “Mana Dar tahu Mi.”

Mami meletakkan sendok sayur, mengecilkan api, lalu beranjak menuju pesawat telepon di ruang tamu, “Ini rambut sekali-kali disisir, pantes aja kamu belum punya cowok sampai sekarang” Daria mengaduh saat Mami sepintas menjambak rambutnya.

—=—

Untuk ketiga kalinya Rindang menelpon Denova. Tak diangkat. Mami Denova sudah meneleponnya agar datang sendiri karena kebetulan Denova menghilang entah kemana, tak bisa menjemput. Tapi Rindang masih saja ragu, dia teringat bagaimana marahnya Denova saat Rindang datang tanpa izin ke rumahnya, dia sudah berjanji tidak akan ke sana tanpa izin Denova.

Aah, tapi kan Tante Diandra sendiri yang menyuruh, harusnya Kak Den sudah tahu kalau aku juga datang.

Rindang memantapkan hati, pamit pada Mamanya dan memanggil supir keluarganya.

—=—

Deg. Sebuah sosok yang tidak Den suka sedang duduk di teras rumah Ainin., tempat Dimi sementara tinggal di Jakarta. Bagas melambaikan tangan, menyapa Den yang baru datang. Den terpaksa membalas senyum Bagas.” />

“Oh, jadi Dimi mau keluar sama kamu toh?” tanya Bagas sambil menyalami Den. Den mengangguk acuh.

“Dimi masih ganti pakaian, tunggu saja dulu.” Den menurut, walaupun jauh di dalam hatinya dia tidak suka dengan sikap ramah Bagas. Entah kenapa, dia tidak bisa menyembunyikan rasa tidak sukanya pada Bagas, oleh karena itu Den memilih diam daripada harus berbasa-basi mencari bahan obrolan.

“Kamu suka Dimi, Den?”

Den memandang Bagas tak mengerti. Merasa canggung mendengar pertanyaan tiba-tiba itu karena dia sendiri tak tahu jawabannya apa.

“Kalau kamu suka, jangan pernah bikin dia sedih! Jangan pernah bikin dia patah hati!”

Hening. Tiba-tiba udara di sekitar mereka terasa sesak.

“Aku pulang dulu Den. Titip jaga Dimi ya.” Bagas bangkit dari duduknya, memaksakan tersenyum bersahabat pada Denova. Denova membalas jabat tangan Bagas dengan enggan.

“Dim! Aku pulang dulu. Jangan lama-lama dandannya, sudah ditungguin Denova!” teriak Bagas sebelum dia naik ke motor bebeknya.

Langkah-langkah kecil terdengar dari dalam rumah, Dimi muncul tergesa-gesa. Ekspresi kecewa memancar di wajah Dimi, “Yaah, Mas Bagas beneran pulang ya Den?”

“Iya, baru aja.” Jawab Den sekenanya.

“Ya udah deh. Bentar ya, bentar lagi aku siap kok.”

Den mengangguk. Dimi pun kembali masuk ke dalam rumah.

—=—

“Itu suara motor Denova. Bisa tolong bukakan pintu Ndang?” pinta Mami Den. Rindang mengangguk patuh dan segera bergegas menuju pintu depan. Mami Den tersenyum melihat pacar anaknya itu melangkah malu-malu saat melintasi ruang keluarga yang ramai oleh kakak-kakak Den dan pacar-pacar mereka.

Rindang menarik nafas dalam-dalam, semoga Den tidak marah lagi padanya. Dibukanya pintu perlahan, bersiap memasang senyum termanisnya untuk Den. Senyum yang tiba-tiba luruh begitu melihat gadis yang datang bersama Den, gadis yang kapan hari dilihatnya dibonceng Den.

“Ngapain kamu di sini Ndang?” kalimat itu yang pertama kali keluar dari mulut Den saat melihat Rindang. Kalimat yang dengan suksesnya membuat Rindang sadar bahwa kehadirannya tidak diharapkan di sini. Kalimat yang membuat hati Rindang tersayat-sayat hingga berdarah.

Dimi tak mengenal gadis di depannya, tapi tanpa perlu bertanya dia langsung tahu bahwa gadis bernama Rindang itu punya tempat yang spesial bagi Den. Walaupun dia tak mengerti kenapa Den justru terlihat tidak suka dengan kehadirannya. Dan yang tidak dia mengerti juga, entah kenapa dia merasa posisinya tidak baik saat itu, seolah-olah dia itu selingkuhan Denova.

“Errr.. Mungkin kalian perlu bicara berdua Den. Aku masuk dulu aja,” Dimi berusaha menekan perasaan bersalah yang tiba-tiba menyeruak, mengangguk sopan pada Rindang, lalu melangkah masuk.

Rindang menatap marah pada Den, meminta penjelasan. Sebaliknya, Denova menyadari sesuatu yang selama ini berusaha dia sangkal, sesuatu yang sempat ditanyakan kak Diana padanya. Melihat Dimi meninggalkannya, ada perasaan kehilangan yang dalam, dia tak mau Dimi salah paham kepadanya.

“Dim, tunggu!” Denova mengejar Dimi, meraih tangannya.

Dimi berbalik, menatap Den tak percaya. Kenapa Den malah mengejarnya?

Rindang pun merasa tak percaya dengan penglihatannya. Jelas-jelas cewek itu bukan sekedar teman biasa buat Kak Den.

“Aku mau kamu dengerin penjelasannya juga.”

“Buat apa Den? Yang butuh penjelasan dari kamu sekarang itu pacar kamu, biar dia ga salah paham tentang kita.”

“Karena kamu juga harus tahu,” Den menoleh pada Rindang, merasa sangat bersalah padanya. “Rindang maaf, mungkin kamu emang bener, aku emang suka sama Dimi,” ucap Denova lirih

Plaak! Pipi Den memerah, bekas telapak tangan Dimi membekas di sana.

“Bisa ga kalau ngomong itu perhatiin perasaan orang lain? Kamu pikir gimana rasanya jadi pacar kamu ngelihat cowoknya sendiri bilang suka sama cewek lain?” Dimi bertanya marah pada Denova.

“Kamu pikir aku bakalan suka sama cowok kayak kamu Den? Yang ga bisa jaga kepercayaan dari pacarnya sendiri. Aku beneran udah salah nilai kamu.”

sumber: incoharper.multiply.com

sumber: incoharper.multiply.com

Den kehabisan kata-kata. Rindang menatap takjub pada Dimi yang justru membelanya. Damian yang hendak memanggil mereka bertiga untuk segera berkumpul di ruang makan tak mengerti apa yang sedang terjadi.

Dimi menoleh pada Damian, “Bang Dam. Maaf udah ngerusak acara makan malamnya, tapi bisa minta tolong antar Dimi pulang?”

Damian mengangguk patuh, “Aku pamit sama  Mami dulu ya?”

17 pemikiran pada “Episode Sebelas: Dan Semuanya pun Patah

  1. walaaaaaaaahh, hahahahaha dhe berharap ini bakal jadi moment yang pas untuk Den selingkuh.. wokeh dah di tunggu kelanjutannya, mo sampe berapa episode Mel??

    Mel: Dhe semangat banget sih nyuruh Den selingkuh,, hohoho,, niatnya sih mau cepet diselesaiin Dhe,, makanya agak dicepetin alurnya..

    Suka

  2. waalaaahhh,, ini background blognya bikin ngeceesss….. hahahaha

    saya yakin, akhirnya Dimi balik lagi ke luar negeri, halah,.. ahahaha

    Mel: hahaha, bayangin mas, pas puasa saya masang itu background jadi wallpaper komputer kantor (salah sendiri mel!) saya sih belum yakin ceritanya mau jadi gimana ini mas, hahaha

    Suka

  3. Haha… jadi ingat masa2 kuliah dulu, saat ada pacar sahabatku yang salah paham atas kedekatanku dengan sahabatku itu. Bedanya, sahabatku gak naksir aku… :mrgreen:

    Mel: hoho,, aku juga pernah kok mbak, dicemburuin pacarnya temen deketku,, tapi karena emang ga ada apa2 antara kami, masalahnya jadi clear 🙂

    Suka

  4. rindang lagi, saya jadi harus buka rahasia. saya dulu sering di sebut krindang atau kriting dangdut karena saya rada kribo. sayang sekarang sudah gak ada lagi yang panggil aku krindang.

    MEl: Haha, ya udah deh.. sini mel panggil mas krindang

    Suka

    • Huum … itu kalik ya, bedanya (?!) – ‘sutradara yg dibawah dgn yg diatas … 😉
      Yang Diatas – Maha Penyayang Tak Pilih Sayang … lagi … Maha Pengasih Tak Pilih Kasih … 😀

      Mel: haha, iya ya mas.. Tuhan memanglah Sutradara Terbaik

      Suka

  5. maaf, baru sempat nampir lagi. ini cerita bersambung, ya? aku mulai baca dari sini aja, nggak apa-apa kan? jadi siapa sebenarnya pacar Den? Dimi atau Rindang? atau mungkin belum dua-duanya, ya?

    Mel: Ya ga papa tho Yah.. pacarnya DEn itu Rindang, kalau DImi selingkuhannya temennnya.. suka deh Ayahnya rangga balik ngeblog

    Suka

    • “Rindang maaf, mungkin kamu emang bener, aku emang suka sama Dimi,”

      Kalau begitu, kebayang gimana sakitnya perasaan Rindang mendengar ucapan Den di atas. Aku menyukai karakter Bagas, hehe…

      Mel: Sakiiiiiiiiiiiiiit *adegan lebay megang dada kaya kena serangan jantung*

      Suka

  6. Waaahhhhh …. baru baca berulang-ulang bagda subuh tadi …. 😉 … seru. semakin seru nih … saya tunggu kelanjutannya … siapakah sang pacar sejati??? 😛

    Mel: *jeng jeng jeng*

    Suka

  7. huwaaaaaaaaa………. rusak semuaaaaaaaaaa……….. hahhaha…. begitupun hatiku…. kau patahkan juga hatiku…. huks..huks…… ^^bahas apa ini…. plaaakkkk!!!!
    😦

    Mel: *sodorin lem uhu* disambung sendiri hatinya ya mbak 😛

    Suka

  8. mbak, terlalu banyak “D” dalam ceritanya.. awalnya sih gak terlalu masalah, tapi lama kelamaan suka ketuker-tuker.. @.@

    saya seneng soalnya mbak dengan sukses bikin pembaca antipati sama si tokoh utamanya.. hahahaha.. I HATE DENOVA 😀

    Mel: Habisnya udah terlanjut bilang Denova lima bersaudara, kan ga seru kalau yang lainnya D, satu orang F.. Lagi suka huruf D ham,..

    Suka

  9. 22:09
    wih, gambarnya seremmm ih 😀
    lanjut part 12..
    baru nyadar..dari tadi saya kebanyakan komen.
    Mudah2an gak masuk di kotak spam deh~

    Mel: ngga kok,, biasanya saya juga sering ngecek kotak spam.. takut ada komen yang nyasar ke sana

    Suka

Anda Komentar, Saya Senang