Jika Nanti

Ditulis pada 16 Mei 2012, di sela-sela jam kerja menunggu laporan bank persepsi

Aku selalu beranggapan bahwa seseorang selalu bisa memilih siapa yang akan dicintainya. Karena kita adalah tuan dari perasaan kita sendiri. Jatuh cinta hanyalah satu dari sekian banyak perasaan yang bisa kita manipulasi.

Mungkin akan banyak sekali orang yang menyangkal, membantah dan sebagainya. Mungkin mereka akan berkata sebaliknya, bahwa kita tak pernah akan tahu pada siapa kita akan jatuh cinta.

Yah, mungkin mereka ada benarnya. Kita memang tak tahu kepada siapa akan jatuh cinta, tapi kita punya kuasa, punya kendali untuk memutuskan apakah kita akan lanjut mencintai ataukah melupakan dan menjadikannya bagian dari kenangan.

Seperti sekarang. Saat aku mengenang perjalanan kita, dari pertama kali bertemu hingga titik ini, sebenarnya aku punya banyak kesempatan untuk meninggalkanmu, melupakanmu, lalu melanjutkan hidup tanpamu. Dan aku rasa kamu pun begitu.

Tapi kita tak pernah mengambil pilihan itu. Dengan segala tanda tanya dan ketidakpastian kita memilih untuk melanjutkan perjalanan. Kita memang tak pernah tahu apa yang menanti di depan sana, apakah cerita kita akan happy ending layaknya di dongeng-dongeng, ataukah nanti kita akan bosan dan memutuskan untuk menempuh jalan masing-masing.

Tidak ada yang tahu pasti apakah akibat dari keputusan-keputusan yang telah kita ambil itu nanti, akankah kita bertemu di garis finish dan saling berpelukan, atau malah kita sama sekali telah terpisahkan di dunia yang berbeda.

Aku tidak tahu. Kamu tidak tahu. Kurasa hanya Tuhan yang tahu. Karena tentu saja Tuhan Maha Tahu.

Dan apapun yang menjadi pilihan kita, tentu tak lepas dari campur tangan Tuhan.

Aku sebenarnya juga tak tahu kenapa aku menulis ini. Kurasa aku hanya ingin menegaskan padamu, bahwa jika nanti kehidupan kita tak berjalan sebagaimana keinginan kita, tidak perlu ada penyesalan.

Pasti ada alasan tersendiri kenapa kita dipertemukan seperti ini.

Jika nanti, hal yang buruk terjadi pada kisah kita ini. Kita selalu punya kemampuan untuk move on, melangkah maju dengan kepala tegak dan hati yang lapang. Dan kita akan selalu bisa jatuh cinta lagi. Kepada siapapun yang kita ingini. Karena sesungguhnya kita punya kuasa dan kendali atas perasaan kita sendiri. Hanya saja, mungkin kita yang terlalu pesimis untuk meyakininya.

Jika nanti, kita ternyata tak ditakdirkan bersama. Kita tidak perlu saling membenci. Karena bagaimanapun mengenalmu sebegitu dekat adalah sebuah kenangan yang sangat indah untukku. Aku belajar banyak darimu. Dan kuharap aku pun bisa menjadi sebuah cerita yang manis untuk kau kenang.

Ya, jika nanti. Semua pasti akan baik-baik saja.

Namun tentu saja aku berharap jika nanti-jika nanti itu hanya ada dalam sudut gelap imajinasi burukku, tak perlu lah jadi kenyataan untuk membuktikan teoriku. Karena bagaimana pun aku telah memilihmu. Aku telah memutuskan untuk memilihmu. Dan semoga memang kamulah yang Allah pilihkan untukku. Semoga.

Dan nanti, puluhan tahun nanti kita akan membaca tulisan ini sambil tersenyum puas karena tidak salah mengambil keputusan. Kita tak pernah salah pilih.

Semoga.

19 pemikiran pada “Jika Nanti

  1. ah sedih sekali 😦
    aku pun sering mempertanyakan perjalanan ini. apapun yang terjadi, tidak boleh ada penyesalan πŸ™‚

    ayo berbahagia. bahagia untukmu selalu amela πŸ™‚

    Suka

  2. Semoga berakhir indah. jika belum indah, itu artinya belum berakhir, masih ada yang harus dilalui untuk menuju indah

    Suka

  3. i like this words “Tidak ada yang tahu pasti apakah akibat dari keputusan-keputusan yang telah kita ambil itu nanti, akankah kita bertemu di garis finish dan saling berpelukan, atau malah kita sama sekali telah terpisahkan di dunia yang berbeda.”

    Suka

  4. Ya, benar sekali. Saya juga turut berdoa, semoga tidak salah dalam mengambil keputusan. Suatu saat nanti, tulisan ini dapat dibaca bersama sambil meneguk hangatnya teh sambil tersenyum bahagia….

    Suka

Anda Komentar, Saya Senang