EpiloGue

pagi2buta

itu adalah nama blog yang saya pilih beberapa tahun lalu.. saya menyebutnya sebagai dunia pagi, tempat saya menuang berbagai kisah agar tak terlupa begitu saja..
nama itu saya pilih karena dulu saya memang sangat menyukai pagi..

alasan lainnya, seseorang yang saya cinta menyebut saya sebagai “pagi” nya.. ia bilang ia mencintai saya layaknya matahari terbit di pagi hari (mengutip lirik Polypanic Room karya Polyester Embassy).

Saat membuat blog itu, saya memang baru saja jatuh cinta kepadanya.

Blog itu sempat berjaya pada masanya. Mempertemukan saya dengan kawan-kawan maya beraneka rupa.. Sebagian dari mereka masih saya ikuti di linimasa.. Kadang saya merasa telah mengenal mereka lama padahal tak pernah berjumpa..

Seiring waktu, dengan kesibukan yang naik turun, blog itu pun terlupa. Apalagi sejak saya menikah dan pulang ke pelukan kekasih. Tak perlu lagi media untuk menebar kode-kode cinta. Semua bisa langsung diucap ketika bertemu muka.. tak perlu lewat tulisan di blog yang belum tentu ia baca..

Alasan lain, saya tak lagi tergila-gila pada pagi. Saya tak benci, hanya saja sekarang lebih sering melewati pagi begitu saja,. entah karena terlalu sibuk dengan rutinitas berangkat ke kantor, atau balas dendam bangun siang di akhir pekan.

Intinya, sama seperti blog pagi2buta yang telah lama berdebu, saya dan pagi tak lagi akrab lagi.

Apalagi sekarang saya lebih menyukai senja hari, saat pulang ke pelukan kekasih setelah sehari penuh di kantor, mengerjakan apa yang bisa saya kerjakan.

kadang saya masih rindu menulis, ada beberapa opini yang ingin saya bagi, sayangnya rasa enggan lebih menguasai diri. campuran rasa malu dan malas yang akhirnya sukses membuat saya mengurungkan niat..

Ibarat buku, dunia pagi adalah salah satu bab penting dalam hidup saya, namun rasanya akan terlalu bertele-tele jika dilanjutkan. Jadi saya rasa, memang sudah saatnya bab ini ditutup dan saya move on ke bab selanjutnya..

mungki kita akan berjumpa lagi di bab selanjutnya, di blog yang lain..

Ucapan terima kasih dan permohonan maaf yang tulus dari saya

Fiksimini: Broken

Ada yang berderak patah di dadaku ketika kulihat kau bergandengan tangan dengannya.

Kau menyimpan tangan mungilnya dalam genggaman tanganmu. Tangan yang kokoh dengan buku-buku jari yang sedikit kasar. Kokoh dan hangat. Aku masih ingat persis hangatnya genggaman tanganmu. Dan juga wangi tubuhmu saat aku sedikit menyondongkan kepalaku ke bahumu. 

Sebenarnya kabar bahwa kau telah menikah bukan berita baru bagiku. Telah kudengar kabar itu dari teman-temanku, yang sebagian besar juga adalah teman-temanmu. Telah kuintip foto-foto pernikahanmu itu melalui akun media sosialmu. Kupikir aku telah berhasil move on darimu karena nyatanya tak ada air mata yang kutumpahkan untukmu. 

Kukira aku baik-baik saja. Toh dulu akulah yang memilih untuk menolak lamaranmu. Aku jugalah yang memutuskan untuk meninggalkanmu karena tak sanggup melihat kesedihan yang bersembunyi di matamu tiap kali bertemu. Seharusnya, aku tak perlu bersedih karena kau pun akhirnya menikah, dengan wanita yang bukan aku. Seharusnya aku tak perlu cemburu ketika kau menggenggam tangan wanita lain. Wanita yang kini telah menjadi istrimu. 

Kau menuntunnya masuk ke dalam restoran di sudut jalan pattimura. Restoran tempat dulu sering  kita habiskan malam minggu kita. Mungkin kau juga akan mengajaknya duduk di meja favorit kita, di sisi sebelah barat restoran, tempat kita mengamati matahari terbenam dari balik jendela. Tempat aku biasa duduk menghabiskan segelas cappucino saat aku merindukanmu dan ingin mengenang kebersamaan kita.

Ya, nyatanya aku masih sering curi-curi merindukanmu. Berulang kali aku memencet nomor teleponmu namun tak pernah berhasil mengumpulkan keberanian untuk memencet tombol panggil. 

Diam-diam kuselipkan doa agar kita dapat kembali bersama. Agar kau kembali meminangku, atau mungkin aku yang akan to the point memintamu untuk menikah denganku.Bahkan lima tahun terakhir aku terus berusaha memperbaiki diri. Aku  telah mewujudkan sebagian besar mimpi-mimpiku sehingga tak ada lagi alasan bagiku untuk menunda menikah. Aku ikut kursus menjahit, belajar memasak, dan membaca banyak buku rumah tangga. Aku harap jika saat itu tiba aku telah benar-benar siap sehingga tak perlu lagi muncul kecanggungan di antara kita. 

Sayang, Tuhan tak mengabulkan doaku. Dia memilihkan wanita lain sebagai jodohmu. 

Tidak, aku tak menyalahkanmu. Memang tak ada perjanjian di antara kita bahwa di suatu waktu saat kita bertemu lagi kita akan membangun kembali hubungan yang lima tahun lalu telah kurobohkan. Tentu saja aku tak berhak memintamu untuk menungguku. 

Aku menyalakan kembali mesjn mobilku. Sebenarnya aku ingin menikmati terbenamnya mentari dari meja favorit kita karena aku sedang rindu padamu, tapi kuputuskan untuk membatalkan rencanaku itu.

Jika melihatmu dari kejauhan saja mampu membuat hatiku berderak patah, apa jadinya jika aku bertemu denganmu? 

Fiksi: Insecure

“Ke arah Serpong ya, Pak” ujarmu memberi instruksi kepada supir begitu kau duduk di kursi penumpang sebuah taksi biru berlogo burung.

Sang supir menyalakan mesin dan mengatur suhu pendingin udara. “Mau lewat tol, bu?” 

“Iya, Pak. Lewat tol lingkar luar saja, nanti keluar di gerbang tol Alam Sutera.” Kau mengaduk-aduk tasmu,  mencari kartu uang elektronik yang baru kau isi ulang di minimarket beberapa saat lalu. Rupanya kartu itu terselip di antara berkas kerja yang kau bawa pulang. 

“Nanti bayar tolnya pakai ini saja, Pak” tanganmu terulur pada sang supir taksi. Ia menerima kartu tersebut tangan kiri, tangan kanannya sibuk mengendalikan setir. Sepintas kaulihat senyumnya dari spion tengah.

Sepertinya supir taksi yang ini tak begitu suka bercakap-cakap. Syukurlah. Kau sedang lelah berbasa-basi. Namun untuk berjaga-jaga, kau memasang earphone di telingamu. Sebenarnya kau tak sedang memutar musik, kau hanya ingin menyendiri.

Kau menyandarkan kepala ke jendela mobil. Memandang ke jalanan yang penuh sesak dengan orang-orang yang kelelahan. Kau sendiri juga lelah. Seharian ini, tiga rapat telah kau hadiri, dan ketiganya menyita energimu. 

Kau memejamkan mata, mencoba tidur, tapi bayangan saat rapat tadi berkelebat mengganggu alam pikirmu. Mungkin tadi kau terlalu keras mengkritisi proposal rekan-rekanmu. Mungkin seharusnya kau menyimpan saja pendapatmu dan menyampaikannya di kesempatan yang lebih baik. Mungkin tanpa sengaja kau telah mempermalukan rekan-rekanmu itu di depan para petinggi perusahaan. Mungkin sebenarnya mereka semua muak dengan racauanmu tentang integritas dan profesionalisme. Mungkin mereka saat ini sedang tertawa-tawa menggosipkanmu yang sok tahu dan idealis. 

Kau bayangkan mereka memakimu dan mengharapkan sesuatu yang buruk menimpamu sehingga tak ada lagi orang yang akan memprotes usulan mereka. Tak ada ydang menyukai seseorang yang terlalu jujur. 

Mungkin mereka sedang berdoa agar kau lenyap saja. Kau sendiri ingin lenyap. Hilang. Seperti buih minuman bersoda ketika tutupnya dibuka. Menguap bersama udara. Tanpa bekas.

Kau bayangkan kau suruh supir taksi itu mengantarkanmu ke tempat antag berantah. Tempat tak ada orang yang akan mengenalimu, tak ada orang yang tahu siapa engkau ketika kau tiba di tempat itu. Kau bisa menjadi gelandangan yang hidup dari memungut sampah. Kau bisa pura-pura bisu dan tuli sehingga tak ada seorangpun yang akan mengajakmu berbincang. Kau bisa pura-pura gila sehingga orang-orang di sekitarmu memandangmu dengan pemakluman, bukan penghakiman. 

Kau ingin pergi. Lenyap. Hilang. Tak berbekas. 

Tidak, kau tidak ingin mati. Kau belum siap untuk mati karena kau tahu kau akan masuk neraka. Kau hanya ingin menghilang. Lenyap. Kau ingin me-restart hidupmu. Menjadi seseorang yang tidak dihiraukan siapapun, sehingga kau pun tak perlu menghiraukan siapapun. Kau hanya ingin kabur dari hidupmu yang sekarang, sehingga besok kau tak perlu menghadapi rekan-rekan kerjamu yang akan menghakimi segala apa yang kaukatakan, kaulakukan.

Tidak akan ada yang merasa kehilangan ketika kau pergi. Suami dan anak-anakmu telah terbiasa tanpa kehadiranmu. Orang tua dan saudara-saudaramu sibuk dengan kehidupan mereka sendiri, entah kapan terakhir kali kau bicara dengan mereka. Terlebih lagi rekan-rekanmu, rasanya mereka justru akan bersorak kalau kau menghilang. 

Lebih baik kau pergi. Hilang. Lenyap. Enyah

Just close your eyes, the sun is going down. You’ll be alright, no one can hurt you now (taylor swift – safe and sound) 

Kau sentuh layar ponselmu, menerima panggilan.

“Bunda sudah sampai mana?” 

“Sebentar lagi sampai, Sayang.” 

“Bunda ga lupa titipan Kakak kan?” 

“Ngga dong.” 

“Oke. Hati-hati di jalan ya Bunda. Byeee.. ”

“Bye” 

Kau meremas kantong plastik yang kau pegang. Kau tidak bisa kabur malam ini. Kau harus mengantarkan pensil warna yang kau beli di minimarket tadi kepada putri sulungmu. 

Opini: Kenapa harus registrasi SIM Card? 

Disclaimer: tulisan ini adalah pendapat saya pribadi, tidak mewakili kelompok masyarakat ataupun pemerintah. 

Akhir-akhir ini media sosial dan grup whatsapp yang saya ikuti heboh sekali membahas aturan baru Menteri Kominfo yang mewajibkan pengguna kartu prabayar untuk registrasi menggunakan NIK dan nomor Kartu Keluarga. Kehebohan ini semakin diramaikan dengan beredarnya berbagai informasi hoaks yang membuat suasana semakin gaduh. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala kok ya ada orang iseng menyebarkan berita-berita bohong tersebut, atau mungkin ada orang/kelompok tertentu yang mulai gelisah akibat diterapkannya peraturan ini?

Sebenarnya kebijakan semacam ini sudah lazim diterapkan di negara-negara lain. Negara tetangga, Malaysia, sudah memulai lebih awal di bulan Juni 2017 kemarin. Saudi Arabia bahkan mewajibkan pengguna kartu prabayar untuk registrasi dengan sidik jari untuk memverifikasi identitas pengguna.

Saya pribadi bersikap netral dengan kebijakan baru ini. Sebagai warga negara yang baik, ya saya harus mematuhi kebijakan pemerintah ini. Toh kalau dipikir-pikir kebijakan ini banyak manfaatnya lho. Apabila kartu prabayar didaftarkan secara resmi begini, maka tiap nomor dapat ditelusuri siapa pemiliknya. Itu artinya para mama yang suka minta pulsa, para penyebar hoaks, para tukang hasut, para penipu, para penyebar teror,  dan orang-orang tak bertanggung jawab lainnya yang menggunakan sarana telepon-sms-wa sebagai modus operandi akan terbatasi ruang geraknya. Bukankah dunia milenial ini akan lebih aman tanpa kehadiran mereka?

Di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa ada juga efek negatif yang harus kita rasakan dari kebijakan ini. Saya pribadi adalah orang yang suka memanfatkan paket kartu perdana untuk mendapatkan kuota internet murah meriah. Dengan diberlakukannya Permenkominfo nomor 21 tahun 2017 ini, tiap orang dibatasi memiliki nomor kartu perbayar maksimal 3 nomor. Jika seseorang ingin mememiliki lebih dari 3 nomor, dia harus melakukan registrasi di gerai resmi. Ga mungkin kan saya tiap bulan silaturahmi ke gerai penyedia jasa telekomunikasi hanya untuk registrasi nomor prabayar yang hanya akan digunakan sebulan ke depan? Saya harap para penyedia jasa telekomunikasi tidak memanfaatkan momen ini untuk lebih jual mahal kepada para pelanggannya karena tentu saja nantinya pelanggan-pelanggan tersebut akan lebih sulit untuk pindah ke lain hati.

Nah, sekarang coba kita diskusikan pertanyaan-pertanyaan yang banyak beredar di masyarakat. 

kenapa harus dengan nomor KK? Kenapa tidak cukup dengan NIK saja? 

Saya tidak terlibat dalam penyusunan peraturannya, jadi saya tidak tahu pasti alasannya. Tapi jika dinalar, tebakan saya adalah pemerintah memerlukan data pembanding untuk memastikan bahwa orang yang mendaftar benar-benar sang pemilik NIK. Bisa saja kan ada orang yang iseng mendaftarkan sembarang nomor NIK. Hal ini tentu dapat merugikan sang pemilik NIK sesungguhnya di kemudian hari.

Dengan diwajibkannya pengguna untuk mendaftarkan NIK dan nomor KK, pemerintah dapat memverifikasi kesesuaiannya. Bila NIK dan nomor KK tidak cocok maka pengguna harus memperbaiki datanya terlebih dahulu di dinas dukcapil, tentu dengan membawa dokumen-dokumen kependudukannya. Nah, orang yang input NIK secara random tentu tidak bisa melakukan ini. 

Kalau hanya crosscheck kenapa tidak menggunakan NIK dan nama saja? Di Kartu keluarga kan banyak informasi pribadi, kalau disalahgunakan bagaimana? 

Kalau menggunakan NIK dan nama, risiko disalahgunakan masih besar. Kedua informasi tersebut tercantum dalam KTP kita, yang sering kita bawa dalam dompet. Keluar masuk dompet untuk ditunjukkan saat check in di bandara, stasiun, hotel, atau sebagai jaminan saat masuk ke gedung-gedung pencakar langit. Risiko hilangnya besar, lebih besar daripada Kartu Keluarga. Kartu keluarga lebih jarang kita bawa, dan kalaupun dibawa biasanya kita akan lebih hati-hati menyimpannya. 

Masalah kekhawatiran disalahgunakannya data memanglah suatu hal yang wajar, tapi mari kita coba pikirkan lagi kemungkinan-kemungkinannya. 

  1. Provider telepon seluler sebenarnya sudah punya sebagian data kita. Salah satu kawan saya gagal melakukan registrasi karena NIK dan nomor KKnya tidak cocok, setelah ditelusuri ternyata NIK di kartu keluarganya memang belum terbarukan. Bukankah itu artinya sang provider sudah punya akses ke database kependudukan? 
  2. Kementerian kominfo sudah menjamin keamanan data-data pribadi masyarakat yang melakukan registrasi kartu prabayar. Yang dibutuhkan dalam proses kartu prabayar adalah NIK dan nomor KK, jadi yang diperlukan provider hanya hak akses terhadap 2 data tersebut. Yaa, mungkin ditambahkan data nama lengkap, alamat, dan tanggal lahir. Saya kira Kementerian kominfo tidak akan memberi hak akses nama orang tua, nama anggota keluarga, dan data-data pribadi lainnya jika tidak perlu. 
  3. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya data pribadi kita itu sudah banyak tersebar dimana-mana lho. Saat daftar akun di media sosial, saat belanja online, saat pesan tiket pesawat/kereta, saat ikut undian-undian ga jelas di supermarket, saat mengajukan kredit di bank, saat daftar kerja di kantor-kantor pemerintah ataupun swasta, dsb. Yang penting adalah jangan sampai kita membagi informasi-informasi rahasia seperti segala macam password, pin, dan nomor kartu debit/kredit kepada orang lain.

Kalau databasenya dihack bagaimana? Kalau data saya disalahgunakan bagaimana?

Ya resiko tersebut memang masih ada. Tapi saya rasa hal itu sudah dipikirkan baik-baik oleh pemerintah, dhi Kementerian Kominfo selaku pembuat kebijakan, dan pastinya sudah dipikirkan langkah-langkah untuk memitigasinya. Kita hanya bisa terus berprasangka baik, pasrah, sembari banyak berdoa. Kalau dipikirkan terus negatifnya ga ada abisnya, Rek.
Sekali lagi tulisan ini hanya pendapat saya pribadi ya. Kolom komentar masih saya tutup karena masih belum siap menanggung beban mental “harus” menjawab komentar dan balas berkunjung. Kalau ada yang mau didiskusikan feel free untuk kontak saya lewat email: amela.erliana@gmail.com.

Sekian dan terima kasih. 

Hello world

Halo apa kabar? Saya baik-baik saja. Alhamdulillah.. Udah lama banget ga update ya. Entah post terakhir kapan..

Alasanya sih klise aja: sok sibuk. Padahal sih waktu luang sih banyak, cuma saya lebih memilih leyeh-leyeh di rumah sambil nonton serial di tv kabel. Kadang-kadang nonton national geographic biar tambah pinter dikit…

Jadi apa yang baru dalam hidup saya? Banyak. Di antaranya adalah:

  1. Saya sudah luluh d4, jadi udah ngantongin gelar sarjana dan upgrade jadi golongan 3-a
  2. Saya sudah ga kerja di Baubau lagi. Sekarang dikasih amanah untuk bantu-bantu di kantor pusat sambil terus belajar tentang microfinance
  3. Kemarin habis nyoba apply beasiswa s2, alhamdulillah sampai tahap interview, dan alhamdulillah belum waktunya lulus karena banyak banget peer yang masih harus saya beresin baik dalam urusan pribadi, keluarga, maupun kerjaan. Tahun depan InsyaAllah mau nyoba lagi.
  4. Saya tambah gendut, pakai banget. Udah naik 15 kg jika dibandingkan waktu di Baubau dulu. Sekarang bingung nih mau nurunin berat lagi gimana caranya, soalnya baju-baju dah mulai kesempitan.

Kurang lebih itulah update yang cukup penting untuk disampaikan..

Maafkan tulisan ga jelas dan ga penting ini. Itung-itung pemanasan, niatnya sih ingin membiasakan menulis lagi karena katanya menulis itu salah satu bentuk terapi yang bagus, biar hidup ga stres-stres amat. Moga-moga ke depannya bisa share sesuatu yang bermanfaat…

Sekian  dan terimakasih. Mohon maaf kolom komentar saya tutup supaya tidak menimbulkan beban pikiran bagi saya untuk membalasnya atau balas berkunjung..
#update

Ternyata sebagian informasi sudah saya sampaikan di post terakhir yang saya tulis tahun lalu. Mohon dimaklumi atas pengulangan tidak penting tersebut.