Cinta Mati

“Kurasa kalaupun aku mati, kamu tak akan menangisi kepergianku!”

Braak!

Kaubanting pintu, meninggalkanku dalam kesunyian panjang. Itu terakhir kalinya aku melihatmu. Tak pernah kusangka kalimat itu benar-benar yang terakhir kudengar darimu. Kita menempuh jalan kita masing-masing dan tak pernah lagi bertemu.

Kau tidak datang ke pernikahan Alisa?

Aku cinta kamu Fandi. Sangat cinta. Aku janji aku akan berusaha sekuat mungkin membuatmu melupakan Alisa.

Kemarin aku bertemu Alisa, sedang hamil anak kedua.

Kapan kamu akan menikah, Fandi? Ayah sudah ingin sekali menimang cucu.

Ada pegawai baru di kantor Bude. Cantik dan alim orangnya. Kalau kamu mau nanti Bude kenalkan.

Dari semua orang yang gue kenal, lo satu-satunya yang ga pernah bisa move on. Mantan lo aja udah punya anak tiga.

Serius kamu belum pernah menikah, Fand? Aku bahkan sebentar lagi akan punya cucu.

Mungkin kamu bosan mendengarnya, Fand. Kami setidaknya sebelum ibu meninggal, ingin sekali ibu melihatmu menikah.

Mas, ada yang ingin berkenalan.

Apa yang kurang dari Nadia? Walaupun janda, wanita itu sangat baik Fandi! Di umurmu yang segini kamu jangan terlalu memilih!

Kudengar kabar dari grup BBM alumni SMA kita. Alisa meninggal karena stroke Fandi.

Dan seperti katamu Alisa, aku tak menangis saat mendengar kabar kematianmu. Air mataku telah lama kering sejak kau membanting pintu di hadapanku 45 tahun lalu. Hatiku telah mati sejak kau meninggalkanku. Masihkah kau bilang aku sama sekali tak mencintaimu? Masihkah kau menganggap aku tak pernah peduli padamu?

11 pemikiran pada “Cinta Mati

Anda Komentar, Saya Senang