Hati-hati

sumber: fascinationstart.com

Kaucuri hatiku diam-diam dan entah kausembunyikan di mana.

Perkenalan pertama denganmu sungguh kabur dalam ingatanku. Entah kapan, di mana, dan siapa yang mengenalkan. Tiba-tiba saja kamu ada dalam keseharianku. SMS, telepon, chatting, obrolan panjang sehabis makan malam. Kamu pun mulai mengetahui rahasia-rahasiaku, begitu pula sebaliknya.

Dan tiba-tiba saja hatiku hilang. Entah kapan pastinya, hatiku telah kaucuri. Aku baru sadar beberapa lama setelahnya, saat rindu yang menyesak baru kusadari rongga dadaku telah kosong. Aku pun limbung.

Ini bukan pertama kalinya aku jatuh cinta, tapi ini pertama kalinya aku kehilangan hati. Sebelum-sebelumnya selalu pandai kusimpan hatiku agar tak sampai ikut campur dalam kisah-kisah romantisku. Kali ini aku teledor, kamu berhasil mencurinya, bahkan tanpa kuketahui.

Dan saat kuminta kembalikan, kau malah sodorkan hatimu.

Awalnya aku menatap ragu, mana mungkin hatimu bisa pas mengisi rongga kosong yang ditinggalkan hatiku. Tentu saja bisa, buktinya hatimu pas untukku. Katamu waktu itu. Tak punya pilihan lain, aku pun menerima hatimu sebagai ganti hatiku yang telah kaucuri. Ingat! Sekarang aku memiliki hatimu, jika hatiku sampai tergores sedikit saja olehmu. Aku pun tak akan segan-segan membalaskannya pada milikmu. Aku mengancammu. Kamu hanya tersenyum dan menggangguk.

Hatimu dan hatiku tentu saja berbeda, sangat berbeda malah. Tapi entah kenapa hatimu sangat pas mengisi kekosongan di dadaku. Aku pun tak lagi mempermasalahkan hatiku yang telah kaucuri. Toh kini hatimu telah kusimpan rapi di tempat yang tak akan kautemukan. Kita impas. 1-1.

Hatiku kausembunyikan, hatimu kusembunyikan, dan kini kita tak bisa saling meninggalkan.

Aku menguasai hatimu, begitu juga sebaliknya. Dan kita pun terikat oleh tali kasat mata yang tak bisa putus kecuali kita saling mengembalikan hati masing-masing. Selama hatiku ada padamu, aku tak bisa pergi meninggalkanmu. Begitu pula sebaliknya.

Awalnya kita layaknya dua orang musuh bebuyutan, kaugores hatiku-kugores pula hatimu, kulukai hatimu-kaulukai juga hatiku. Berkali-kali pula hati kita berdarah, patah, dan terserak hanya karena pertengkaran-pertengkaran tak penting. Karena egoisme kita masing-masing. Sampai akhirnya kita lelah.

Lelah dan sadar. Bukan karena aksi saling membalaslah yang telah membuat hati kita berdenyit nyeri. Tapi nyatanya hatimu telah menjadi bagianku, dan hatiku telah menjadi bagianmu. Jika kulukai hatimu, maka aku pun merasa sakitnya. Begitu pula sebaliknya.

Saling menyakiti bukanlah jawabannya. Tak akan habis rasa sakitnya jika kita terus saling melukai. Saat tak sengaja kugores hatimu, kamu menyodorkan obat untuk mengobatinya. Saat tak sengaja kaupatahkan hatiku, kuberitahu kamu cara untuk menyusunnya lagi. Kita belajar banyak cara saling menghargai.

Hatiku-hatimu. Kini bukan lagi siapa memiliki hati siapa, tapi siapa menjaga hati siapa.

(teruntuk kamu yang telah mencuri hatiku. Simpan dan jaga baik-baik, jangan sampai hilang dicuri orang.)

54 pemikiran pada “Hati-hati

  1. suka banget bagian yang ini mbak -> Awalnya kita layaknya dua orang musuh bebuyutan, kaugores hatiku-kugores pula hatimu, kulukai hatimu-kaulukai juga hatiku. Berkali-kali pula hati kita berdarah, patah, dan terserak hanya karena pertengkaran-pertengkaran tak penting. Karena egoisme kita masing-masing. Sampai akhirnya kita lelah.

    Persis ceritaku :”)

    Suka

  2. Tentang Hati (Cinta) itu ibarat perahu, hanya bisa ditumpangi 2 orang saja, kelebihan muatan akan menggoyahkan perahu, πŸ™‚

    Suka cara berceritanya, mel… πŸ˜€

    Suka

  3. Ping balik: PR Katanya! « Falzart
  4. hatinya cuma dicuri sebelah kan Mel?
    jaga2 aja klo mpe hilang, setidaknya masih ada yang tertinggal? *sambil ketok2 meja jgn smp itu hati ilang. mosok udah cape nyuri dihilangin, ya kan hehehe*

    Suka

    • hahah, kalau dapat peernya bang el ketahuan nih bang sulung bakal milih depe
      itu awalnya emang puisi bang, terus kukembangkan jadi tulisan.. πŸ˜€

      Suka

Anda Komentar, Saya Senang